-->
Analisapos

Terkini,Terpercaya Dan Independen

  • Jelajahi

    Copyright © Analisapos
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan paling atas manual

     


    Kejahatan Israel Terus Berlanjut, Tidak Ada Gunanya Negosiasi

    Editor
    Tuesday, 28 February 2023, February 28, 2023 WIB Last Updated 2023-02-28T17:40:36Z

     


    Foto: warga Palestina berjalan di dekat mobil-mobil yang dibakar dalam serangan para pemukim Zionis 26 Feb 2023


    Selama beberapa bulan terakhir, tentara Israel semakin brutal, setiap hari selalu saja ada warga Palestina yang dibunuh, baik itu anak-anak maupun orang dewasa. Pengusiran dan penghancuran rumah-rumah warga juga terus dilakukan para serdadu Zionis.

     

    Para pemukim ilegal (orang-orang Yahudi-Zionis yang didatangkan ke Palestina dari berbagai negara di dunia) juga melakukan kejahatan dengan dilindungi serdadu-serdadu Zionis. Hari Minggu malam yll (26/2) misalnya, ratusan pemukim ilegal Zionis mengepung dan membakar rumah-rumah warga Palestina di kota Hawara, Nablus, Tepi Barat. Ada 3 orang tewas dan ratusan lain terluka dalam serangan ini.


    Di saat yang sama, aksi resistensi (perlawanan) bersenjata anak-anak muda Palestina di Tepi Barat terus berlanjut. Meskipun mereka dibunuh, ditahan, rumah mereka dihancurkan, mereka tetap melanjutkan aksi perlawanan. Mereka punya hak; hak untuk merdeka, terbebas dari pendudukan (penjajahan) Israel dan kejahatan para pemukim ilegal Zionis.


    Tapi selalu saja yang dibesar-besarkan media Barat atau media lokal pro Barat/Israel, atau para buzzer lokal pro Israel adalah ketika ada korban yang jatuh di pihak Israel. Mereka mem-framing bahwa kejahatan Israel adalah "aksi balasan" atau "pembelaan diri."  


    Mereka juga membawa narasi basi "toleransi" dan "kerukunan antarumat beragama," seolah krisis di Palestina adalah masalah agama, bukan penjajahan dan kejahatan kemanusiaan yang dilakukan oleh rezim Zionis yang mengaku membawa ajaran Yahudi.


    AS berusaha menutupi mukanya sebagai pembela rezim penjahat kemanusiaan itu dengan cara mengadakan KTT di Aqaba, Jordan, melibatkan Jordan, Mesir, Israel, dan Otoritas Palestina. Mereka mau saja menerima janji Israel untuk menunda pembangunan permukiman ilegal selama beberapa bulan. 


    Mereka ini (termasuk termasuk Otoritas Palestina -kelompoknya Mahmoud Abbas- yang oleh sebagian rakyat Palestina dipandang sebagai pengkhianat), mau saja dibodohi oleh Israel yang tak pernah memegang janjinya selama 74 tahun ini.


    Terbukti, beberapa jam setelah KTT, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu men-tweet bahwa pembangunan unit rumah baru di permukiman illegal Israel di Tepi Barat yang diduduki "akan berlanjut sesuai dengan perencanaan awal dan jadwal konstruksi, tanpa perubahan apa pun."


    Artinya: pengusiran dan perampasan tanah dan rumah milik warga Palestina di Tepi Gaza akan terus berlanjut. 


    Artinya, Israel secara resmi sudah membuang hasil negosiasi Aqaba ke tong sampah. Entah, apakah Jordan, Mesir, dan Otoritas Palestina masih punya harga diri untuk terus melanjutkan negosiasi setelah dipermalukan lagi dan lagi. 


    Artinya, percuma saja bernegosiasi dengan penjahat kemanusiaan seperti rezim Israel. Apalagi, bicara soal "toleran-toleran." Di sinilah anehnya, mengapa yang diminta "toleran" oleh para buzzer pro-Israel bukan Israel, yang selalu mengingkari janji perdamaian dan selalu melakukan kejahatan?


    Kemarin saya diwawancarai China Daily, saya mengatakan:


    “Mengakhiri kekerasan di Palestina hanya dapat diwujudkan dengan satu solusi: memberikan hak kemerdekaan kepada rakyat Palestina,” kata Dina Yulianti Sulaeman, direktur Indonesia Center for Middle East Studies dan dosen hubungan internasional di Universitas Padjadjaran di Indonesia.


    “Saya percaya janji Israel untuk menunda pembangunan unit permukiman baru selama enam bulan hanyalah upaya mengulur waktu, mengingat eskalasi di Tepi Barat menyusahkan Israel,” kata Sulaeman.


    Sehari setelah penandatanganan KTT Aqaba, Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich secara terbuka mengatakan dia menolak untuk berhenti membangun pemukiman, "bahkan tidak untuk satu hari", kata Sulaeman.


    Dia mengatakan pembangunan permukiman dengan mengusir warga Palestina dari tanah dan rumah mereka menunjukkan bahwa apa yang dilakukan Israel adalah "penjajahan" dan bahwa "tanpa menghentikan penjajahan, kekerasan akan terus berlanjut"



    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Hukum & Kriminal

    +