Lampung Barat - Kabupaten Lampung Barat merupakan daerah yang telah mendeklarasikan sebagai Kabupaten Tangguh Bencana, kontur geografis yang dikelilingi wilayah perbukitan membuat rentan terjadinya bencana alam seperti tanah longsor, pohon tumbang bahkan banjir.
Tercatat sepanjang tahun 2023 terjadi 13 bencana alam dan nom alam di sejumlah Kecamatan di Lampung Barat. Ketangguhan Pemerintah Kabupaten Lampung Barat dalam menanggulangi bencana nampaknya tengah di uji dengan berbagai ancaman bencana alam yang terjadi.
Pohon tumbang, jalan amblas, tanah longsor dan banjir bandang secara bergantian terjadi sejak awal tahun 2023 hingga saat ini. Terbaru tanah longsor dan banjir bandang di Pekon Sidomulyo Kecamatan Pagar Dewa menyebabkan belasan rumah tertimbun dan puluhan KK mengungsi.
Puluhan hektare perkebunan terdampak, sejumlah fasilitas umum porak poranda di hantam deras nya banjir bandang, mushola hancur, jalan dan jembatan terputus karena begitu mengerikannya gempuran cobaan yang menghantam Kabupaten Tangguh Bencana itu.
Kita tidak bisa sepenuhnya menyalahkan alam atas apa yang terjadi tidak kah kita menyadari alam selama ini sudah begitu banyak memberikan manfaat bagi kita, namun adakah timbal balik yang kita berikan terhadap alam itu sendiri?
Bisa saja ada campur tangan manusia atas apa yang terjadi saat ini atau mungkin tuhan mulai bosan melihat tingkah kita yang selalu salah dan bangga dengan dosa-dosa atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.
Sepenggal lirik lagu milik Ebiet G Ade itu bisa menjadi gambaran kondisi alam saat ini, mulai dari banyaknya pohon-pohon di tebangi, begitu banyak sampah-sampah yang di buang di sungai, alih fungsi lahan untuk di jadikan ladang usaha terjadi dimana-mana.
Kita tau alam tidak pernah menunjukkan bahwa ia sedang sakit, begitu pula alam tidak pernah menunjukkan bahwa ia sedang marah atas kelakuan manusia, tetapi apa yang terjadi saat ini adalah sebuah gambaran adaptasi alam dengan lingkungan nya yang baru.
Sungai tidak lagi mampu menampung banyak nya debit air yang mengalir, tidak ada lagi resapan hingga di tumpahkan ke pemukiman, hutan mulai gundul tidak ada lagi pondasi alam yang mampu menopang beban hingga akhirnya tanah dilepaskan hingga menimbun rumah warga.
Jika kita melihat jauh sebelum bencana alam itu datang melanda, kita sudah lebih dahulu di suguhkan dengan sumber daya alam yang kaya dan eksotis dengan dikelilingi wilayah perbukitan serta hutan yang rimbun deretan sungai dengan air yang bening serta flora dan fauna yang begitu beragam di dalamnya.
Namun melimpahnya sumber daya alam tidak serta merta membuat manusia merasa puas, keserakahan manusia terhadap sumber daya alam yang dirasa menguntungkan cenderung menafikan fenomena alam itu dan lebih mementingkan kepuasan dan kepentingan pribadi.
Sehingga ketika fenomena alam terjadi seharusnya manusia tidak lagi harus merasa terkejut, karena kita sendirinya sudah tau apa yang kita tanam itulah yang kita petik.
Bahkan ketika kita melihat fenomena alam yang terjadi seperti tanah longsor bukan kah sebagian besar merupakan hutan yang di rubah menjadi lahan perkebunan? kemudian banjir bukankah sebagian besar disebabkan karena aktifitas manusia di tambah banyak nya sampah di dalamnya?
Namun dari itu semua kita justru tidak mau belajar dan memahami, kita justru hanya berkutat pada persoalan kepentingan dan keuntungan pribadi sehingga ketika bencana alam itu tiba kita seakan gagap menanggapi mungkin karena manfaatnya yang menguntungkan atau fenomenanya yang menyusahkan.
Curah hujan yang tinggi, tanah longsor menghantui, pohon tumbang mengintai dan segala fenomena alam yang terjadi, seharusnya membuat pemerintah semakin ahli dan lihai dalam menangani, namun pemerintah justru di buat susah dan masyarakat enggan berpindah.
Berulang kali Pemerintah Kabupaten Lampung Barat melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) mengeluarkan imbauan agar masyarakat tidak mendirikan tempat tinggal di wilayah rawan terjadinya bencana, menjaga alam sekitarnya, serta berbagai upaya mitigasi bencana lainnya namun apa mau di kata itu hanya sia-sia.
Seharusnya semakin tahun kita semakin mengerti dengan fenomena yang terjadi, alam tidak akan mungkin meminta maaf atas apa yang terjadi maka jalan terbaik yang bisa kita lakukan adalah memulai bersahabat dengan alam karena sejatinya alam akan memberikan apa yang kita butuhkan ketika kita menghargai dan menjaganya.
Jangan lagi ada alih lahan, jangan lagi ada penebangan liar, jangan lagi ada sampah di sungai mari bersama-sama menjaga alam agar alam menjaga kita, akhir kata semoga Kabupaten Tangguh Bencana benar-benar tangguh dan para korban yang terdampak bisa sabar menghadapinya.