AnalisaPos.com, Tokoh-Berbicara tentang wanita tangguh dan Inspiratif di Nusantara tidak bisa dilepaskan dari seorang sosok Malahayati. Dialah Laksamana laut wanita pertama di dunia.
Malahayati dengan pasukan Inong balee yang ia pimpin, berhasil mengalahkan armada perang Belanda yang hendak menguasai Nusantara.
Dengan tangannya sendiri Malahayati berhasil membunuh pemimpin pasukan Belanda, yakni Cornelis de Houtman pada 11 September 1599 di atas geladak kapal.
Anda tahu siapa Cornelis Houtman..? dia adalah perintis penjajahan Belanda di Indonesia, tabiatnya dikenal buruk dan membuat kerusakan di Banten dan Madura. Tapi tidak berdaya di hadapan rencong sang laksamana Muslimah pertama tersebut.
Malahayati layak di jadikan inspirasi dan contoh emansipasi bagi wanita Indonesia, ia telah membuktikan kepada seluruh Dunia bahwa wanita bukan makhluk yang lemah, wanita bisa menyaingi kehebatan laki-laki, dia sejajar dan setara tanpa ada diskriminasi.
Laksamana Malahayati merupakan sosok perempuan yang feminim namun berjiwa ksatria. Ia merupakan wanita Alim,cerdas dan tegas. Terbukti ia merupakan lulusan terbaik akademi militer Aceh yang bernama Mahad Baitul Makdis, yang terdiri dari jurusan Angkatan Darat dan Laut, dengan para instrukturnya sebagian berasal dari Kesultanan Turki Usmaniyah.
Malahayati terlahir dengan nama Keumala Hayati. Ayahnya bernama Mahmud Syah. kakeknya merupakan Laksamana Muhammad Said Syah, putra dari Sultan Salahuddin Syah yang memerintah sekitar tahun 1530 - 1539 Masehi.
Memiliki keturunan darah biru dan lahir dilingkungan bangsawan tidak membuat Malahayati menjadi manja dan hidup bermewah-mewahan.
Saat suaminya syahid di Medan pertempuran melawan penjajah, hatinya hancur, ia menangis dan bersedih.
Namun, ia tetap tegar menghadapi cobaan dan berusaha bangkit dari keterpurukan tersebut, ia meminta izin kepada Sultan Al Makammil untuk membentuk armada dengan prajurit wanita yang disebut Pasukan Inong Balee.
Pasukan yang dipimpin oleh Malahayati mencapai 2000 orang dan 100 unit kapal perang.
Pasukan Ini tentu jumlah yang tidak main-main. Malahayati dan pasukannya turut terlibat dalam berbagai pertempuran dengan prajurit Belanda dan Portugis di Selat Malaka dan sekitarnya.
Hari itu pada 11 September 1599 tekadnya sudah bulat, mati syahid atau Belanda hancur lebur.
“Jihad rakyat Aceh demi keadilan dan ke sewenang-wenangan adalah cita-cita kami semua. Allahu Akbar,” teriak seorang perempuan tangguh dari atas sebuah kapal di perairan laut Selat Malaka.
Kapal itu terus berlayar menuju arah kapal berisi pasukan Belanda yang ingin mencapai daratan Kesultanan Aceh Darussalam.
“Hei kalian jangan sesekali menyentuh tanah Nanggroe Darussalam, negeri suci ini,” hardik perempuan perkasa itu lagi kepada kapal perang Belanda yang terus mendekat.
“Apakah Aceh Darussalam tidak ada lagi laki-laki, sehingga perempuan lemah sepertimu ikut turun ke medan perang dan ingin melawan kami?” balas kapten kapal perang Belanda saat sudah mendekat dengan armada perang Aceh.
Pertempuran pun pecah antara pasukan perang Aceh yang dipimpin Malahayati dengan Belanda yang dipimpin oleh Cornelis de Houtman di lautan Selat Malaka.
Cornelis de Houtman kemudian tewas di tangan Laksamana Malahayati. Sejumlah pasukan perang Belanda yang tersisa kemudian ditawan oleh pasukan Inong Balee.
Perjuangan Malahayati terus berlanjut hingga 1606. Laksamana Malahayati tewas dalam pertempuran pasukan Inong Balee melawan Portugis di Selat Malaka.
Dilihat dari situs Disbudpar Aceh, Malahayati dimakamkan di Desa Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Aceh Besar. Makamnya berada di atas perbukitan.
Malahayati terus dikenang atas jasa-jasanya melawan penjajah. Pada 2017, Presiden Jokowi pun menetapkan Laksamana Malahayati sebagai pahlawan nasional.
Malahayati simbol wanita Indonesia Dengan data dan fakta maka sangat wajar jika Laksamana Malahayati di pilih sebagai tokoh emansipasi wanita, dia adalah pemimpin yang di segani oleh kawan dan lawan, kalau perlu tanggal 11 September di jadikan hari emansipasi wanita. Malahayati merupakan sebuah cetakan hasil mahakarya bangsa Indonesia.
Sebab, sangat ironi bahkan untuk memilih tokoh emansipasi wanita kita harus mengekor ke negeri penjajah, yang bikin miris adalah tokoh yang dipilih adalah kawan Belanda.
Ketika Negara-negara maju berkoar masalah kesetaraan gender terutama terhadap Negara berkembang dewasa ini, wilayah nusantara telah lama mempunyai pahlawan gender yang luar biasa. Laksamana perang wanita pertama di dunia.