Analisapos.com, Opini - Seiring kemajuan teknologi yang semakin canggih, media online pun mulai bertebaran bak jamur di musim penghujan.
Kondisi ini tentu memberikan dampak tersendiri bagi profesi wartawan.
Sebagai profesi yang independen, bebas dari intervensi manapun Wartawan dituntut untuk selalu profesional dalam menjalankan kerja jurnalistiknya.
Dalam menyajikan informasi publik wartawan diharuskan melakukan cek n ricek tentang apa sebenarnya yang terjadi.
Wartawan merupakan ujung tombak untuk memberikan informasi kepada masyarakat sekaligus menyandang sebagai kontrol sosial dalam pemerintahan.
Namun Sayang..! Menjamurnya media online saat ini tidak di iringi dengan kualitas wartawannya.
Tidak sedikit oknum wartawan dalam menyajikan pemberitaan tidak terarah dan berimbang, bahkan banyak yang tidak mampu menulis hanya melakukan Copi Paste karya orang lain..!
Kondisi ini tentu sangat memilukan sekaligus memalukan bagi dunia Jurnalistik.
Sebab oknum wartawan nakal yang melakukan Copi Paste karya orang lain itulah sejatinya yang merusak dunia jurnalistik saat ini.
Mereka telah melanggar kode etik jurnalistik dan wartawan seperti itu bisa dikatakan menyebarkan berita bohong, karena tidak melakukan konfirmasi. Terlebih tidak ada izin dari sang penulis.
Sungguh sangat disayangkan, mengaku Wartawan tanpa karya, Kartu Pers hanya digunakan untuk menakut-nakuti oknum pejabat, yang ditengarai memiliki segudang masalah.
Bisa kita saksikan sendiri " Gaya oknum Wartawan Rilisan Contohnya" oknum wartawan seperti ini tidak mampu menulis dan berkarya. Namun merasa Seperti wartawan hebat.
Secara tidak langsung sebenarnya mereka telah merendahkan profesi wartawan itu sendiri dan kinerja jurnalis.
Lalu apakah mempublikasikan berita rilisan itu salah...?? Tentu saja tidak. Tapi harus dikalaborasikan dengan bahasa kita dalam penyajiannya.
Berita Rilisan juga tidak boleh kita telan mentah-mentah, lalu kita sajikan begitu saja.
Sebab, bagaimanapun berita yang kita sajikan itu secara tidak langsung mampu mengubah persepsi masyarakat.
Jika kita perhatikan bagaimana kerja wartawan media mainstream, mereka selalu terjun kelapangan, melakukan investigasi untuk mencari fakta, konfirmasi, baru kemudian informasi yang didapatkan disajikan dalam bentuk berita.
"Jika mereka selalu turun kelapangan sementara kita menjadi wartawan Rilisan, lantas fungsi kita sebagai Wartawan seperti apa...!"
Mirisnya lagi, karya kopi paste itu bahkan terkadang dibayar oleh Pemda.
Sudah sepantasnya, stakeholder terkait, Pemda atau dalam hal ini Diskominfo benar-benwr menjaring dan menyaring media atau Jurnalis dalam melakukan kerjasama.
Jangan sampai duit negara yang dianggarkan itu habis untuk membayar wartawan kopi paste yang tidak mampu menulis.
"Mari kita jaga dan rawat profesi mulia ini jangan sampai dirusak oleh sejumlah Oknum yang tidak bertanggung jawab"
Salam Jurnalistik bagi kami fakta adalah Suci.